Wejangan Seorang Emak

/
0 Comments
Hai, selamat malam. Pernah curhat sama orang tua terutama sama ibu? Yap, itulah yang saya lakukan ketika saya memang lagi butuh seseorang yang makan garamnya udah banyak sampai-sampai bisa bikin laut sendiri. Ada yang bilang kalau curhat sama orang tua itu bikin takut dan malu, apalagi curhat masalah pribadi, tentang pacar misalnya *ampuni saya para galau-ers, ini saya ngepost ini juga gek galau kok :v*. Kalau saya pribadi,itu memang benar kok, awalnya bikin malu dan takut kalau-kalau malah dimarahin atau malah diejek-ejek. Alhamdulillah, ibu saya belum pernah seperti itu waktu saya curhat sama beliau selama ini, apalagi masalah pribadi, terutama masalah kisah kasih uhuk-uhuk alias masalah tentang perpacaran.

Sedikit narasi tentang ibu saya yang berbeda pendapat mengenai 'pacaran' dengan alm. ayah saya. Ibu saya oke-oke saja asal bertanggung jawab sedangkan ayah saya "kamu pacaran = pacar kamu ayah tempeleng" ヽ(  ̄д ̄;)ノ. Maafkan anakmu ini yah, sebenarnya waktu SMA (SD dan SMP pernah sih, tapi sekip ajalah ceritanya XD) saya pernah "nyolong waktu" untuk berpacaran, dan itu hanya bertahan selama seminggu saja. A lot of things kok dan memang salah satunya larangan alm. Ayah saya untuk tidak berpacaran dulu tetap tidak bisa saya tolak. Namanya anak sekolah*walah malah kayak lagunya Chrisye XD* kami..ehm, saya putuskan kami tidak jalan lagi. Dalam jangka seminggu itu saya pernah bertanya ke ibu saya yang kebetulan juga ada alm. Ayah saya "boleh tidak aku pacaran" ibu saya diam hingga akhirnya menyetujui pernyataan ayah saya yang cukup nyelekit "apa-apaan, masih kecil sudah pacaran, mana pacar kamu? ayah tempeleng" auch.. daripada si cowok malah beneran kena tuh bogem, saya akhirnya memilih 'jalan' tersebut.
Sekitar yah satu tahunan lah setelah peristiwa itu, teman-teman SMA ngajakin main ke pantai dan kebetulan mengajak saya dan si cowok itu. Karena waktu itu saya belum ada kendaraan pribadi dan bingung mau naik apa pengennya sih naga tapi nggak memungkinkan :p, dan--entahlah ini saya sebut untung atau tidak, saya punya teman-teman yang memberi sugesti untuk meminta tumpangan dengan si cowok. Hem, it's not a bad idea at all, dan si cowok itupun juga tidak ada masalah buat menjemput saya, dan berangkatlah kami. Eits, apa komentar dari orang tua saya? Saya jadi teringat wajah alm. Ayah saya waktu saya dijemput cowok itu: curiga, tegang dan khawatir. Selalu bertanya mau kemana, nanti pulang jam berapa, sama siapa aja, nggak berdua aja kan, dan pertanyaan-pertanyaan menjurus lainnya. Ibu saya, cuma melihat dan bilang "hati-hati, nda usah ngebut-ngebut" kepada cowok itu.
Selang sebulanan, seperti biasa waktu itu saya selalu diantar oleh ibu saya ke sekolah dan ada pertanyaan yang nyentil "kamu udah punya pacar belum?" dan muncratlah keluarlah itu cerocos mengenai cowok yang menjemput saya. Komentar ibu saya? "Loh, kok putus? Padahal lumayan caem juga" Ahelah emak, kemarin-kemarin setuju sama pernyataan ayah, ini kok malah jadi beda haluan.. #gedekgedekkepala. "Sakjane, mamak nda masalah kamu pacaran, tapi ya bertanggungjawab, ini kan negara demokrasi" Lanjutnya. Wejangan pertama mengenai pacaran yang cukup ngena.

Semenjak ayah tiada, keadaan timpang dimana-dimana. Ya keluarga, ya kerabat, ya sekolah, ya diri sendiri. Ngehadapin kalau beliau itu udah nggak ada, antara pengen move on tapi masih kelingan sing mbiyen-mbiyen. Tapi melihat emak *oke sekarang 'ibu saya' diganti emak aja XD* yang kelihatannya masih tidak terima, mencoba untuk menjadi emak yang biasa lagi. Sikap emak yang seperti itulah yang sampai sekarang menjadi panutan bagi saya. Tentang Seseorang yang sekarang ini, emak tahu kalau saya butuh seseorang, emak sekali lagi tetap menyebut "bebas bertanggungjawab"
Saya nggak mau nyebut merk, takut pamali kalau kata orang Sunda. Pamali karena saya dan dia belum bisa berkomunikasi dengan baik beberapa hari ini*ternyata saya masih orang kuno! haha*. Maka dari itu saya butuh emak saya sebagai tempat curahan hati pagi tadi. Dari sekian banyak wejangan yang diberikan dari teman-teman, saya pilih wejangan emak. Wejangan emak sederhana, nggak njelimet tapi bikin kepikiran*nah loh*. Emak memberi banyak pernyataan-pernyataan yang cukup mengejutkan mengenai hal pacaran saya. Kalau untuk pernyataan itu mending disimpen diri sendiri dan emak dan Allah SWT saja yang tahu *dan kuping-kuping yang kepo yang kedapetan ceritanya :p*, saya cuma kepengen ngumbar wejangan emak saya

"Kamu itu cewek, cukup memilih tapi bukan asal pilih. Cuma nunggu tapi tidak selamanya harus menunggu. Kamu boleh memilih cowok yang kamu senangi, tapi apa dia benar-benar sudah yakin bisa me-manage dirinya sendiri untuk masa depan? Umur-umur segitu dia sudah bisa menetapkan dan memantapkan dirinya harus bagaimana, untuk apa dan siapa."

Jadi?



You may also like

No comments: