foto jaman jebot, adanya ini yang lengkap orz


Bulan Mei, tepatnya sebenernya saya nggak begitu hapal, tapi salah satu diantara kami berkata pada tanggal 11, ya kemarin. Saya selalu berjanji pada diri sendiri akan memposting ketika kami merayakan hari jadi kami, DMALIKAM.

AWAL KATA D’MALIKAM
Berawal dari kami, berlima, saya (Mala), Ajeng, Lia, Icha dan Kiki menjadi salah satu tim dalam sebuah perlombaan majalah dinding ketika kami masih SMA, tepatnya masih kelas 2 SMA. Ketika semua nama-nama tim mading dari sekolah lain menggunakan kata dengan filosofi yang berbelit, kami hanya memilih satu kata, MALIK dengan menambahkan huruf D di depannya (ceritanya sih biar kece ala band Maliq & D'essentials, mwahahaha) yang tak lain adalah singkatan dari nama-nama kami, sesederhana itu kami memilih nama dan Alhamdulillah-nya masih bisa meraih jajaran 3 besar kala itu ;)
Selang beberapa waktu, Arman bergabung bersama kami. Awal tepatnya dia bergabung saya sudah lupa, tapi yang jelas Arman ini selalu kami ajak buat main bareng dan untungnya dia mau-mau aja, hehe. Dan kebetulan pula Arman ini teman saya sedari kami masih SD (jadi mudah ngehasut dia buat main bareng, bweek :p), dan nggak lama Arman bergabung, Momo juga ikut (tepatnya kami seret) bersama kami, dan well... jadilah D’MALIKAM, sebuah kumpulan warna sedari SMA hingga hampir menuju dunia kerja (tssaaahh).

AWAL KATA “TETECE” DAN “GUMIES”
Nah, kalo kata TETECE itu juga singkatan yang sederhana juga yang dikarang sama Arman (anak satu ini emang paling jago kalo bikin istilah btw :p). Kepanjangannya Tenguk-Tenguk Crito. Tenguk-tenguk itu sebenarnya dari bahasa Jawa yang kalau saya cek di internet (si Empu istilah belum balas waktu saya ketik ini, hahaha) mendekati kata nongkrong, tapi kalau yang punya artikelnya (kalian bisa cek disini) bilang lebih ke aktivitas hanya duduk, domblong (bengong), lirik sana-sini. Tapi kalau dari Arman beda, maksudnya ya duduk-duduk cerita, alias, kami kumpul, duduk disuatu tempat (apapun tempatnya itu, yang nggak elit sekalipun semacam pinggiran nol kilometer atau angkringan tugu sudah cukup) dan bercerita, macam-macam. Dari curhat pacar, sekolah/kuliah, ujian, teman sekampus, musuh, bahkan sampai gojeg kere (becandaan nggak mutu) pun kami suarakan. Membuang waktu? Memang, tapi kami puas, karena semenjak kami tidak satu sekolah, terpisah, banyak kegiatan di waktu dan tempat yang berbeda, membuat kami sulit untuk bertemu. Dan itulah momen berharga kami, ketemu, ngobrol nggak karuan, kesana kemari.
Nah kalo GUMIES sendiri sebenarnya saya buat karena mau membuat grup di FB, karena saking jarangnya kami bertemu. Sayangnya sekarang udah nggak begitu aktif, karena sudah pindah kandang ke LINE, lebih praktis dan mudah dicek. GUMIES sendiri itu dari kata GUMI, yang saya ambil secara ngasal dari bahasa Jepang, dari kata bangumi yang berarti program TV, hahaha, nggak nyambung memang, tapi kalau ditilik, program TV itu banyak ragamnya yang disampaikan, begitu pula kami, ketemu, banyak hal yang bisa kami bicarakan, kami utarakan.

US!
Bicara tentang kami, kami ini satu sama lain sifatnya beda-beda. Suka debat, tapi baikannya juga cepat. Sebenarnya hal tentang orang-orang di dalam D’MALIKAM sudah pernah diposting sama Arman di blognya, tapi itu dari pandangannya. Nah sekarang, dari saya yak ceman-ceman :p

Ajeng: wanita (atau masih gadis? ah sudahlah :v) satu ini adalah manusia pertama diantara kami yang sudah lulus pendadaran dan tinggal nunggu wisuda (dan juga dilamar kekasih, ihir!). Ajeng itu orangnya tipe-tipe tsundere kalau istilah Jepangnya, keras tapi sebenarnya niatnya baik dan lembut (bweehh). Pertama kali kenal dengan Ajeng, saya selalu berpikir bakal nggak cocok sama orang ini (aku jujur jeng, jujur!) karena watak teguh dan sedikit ngototnya itu (dulu kok jeng, dulu, sekarang sih masih, tapi sudah cukup terkontrol *slapped*), tapi saya suka loh curhat tentang pacar sama ajeng. Advice-nya bisa dibilang “bener juga, ya”. Jadi kalau ngobrol sama dia isi utamanya adalah satu: curhat tentang laki.

Lia: cewek gahol satu ini nasibnya mirip-mirip sama saya, pernah pacaran sama lelaki yang punya hubungan sama kompie yang berujung kandas. Cewek yang supel tapi kalau ngomong kadang-kadang suka lupa di-filter ini adalah penyelamat waktu KKN saya dulu. Sampai sekarang barang-barang saya masih di rumahnya dia yang kebetulan cuma 10 menit dari tempat KKN (sori li, ASAP saya ambil wis). Kalau ngomong sama dia nggak jauh-jauh dari foto dan musik indie, betul begitu mbak Lia?

Icha: gadis murah hati dan tidak sombong tapi tiba-tiba suka heboh sendiri ini adalah yang paling muda diantara kami tapi termasuk jajaran yang udah kelar kuliahnya. Rumahnya yang kebetulan belakang SMA kami selalu jadi tempat nongkrong atau sekedar jadi tempat kumpul kalau kita mau ketemuan atau pergi ke suatu tempat. Sikap nyonyah (panggilan kami buat Icha) satu ini lebih suka jadi penengah ketika semuanya pada ribut. Ngobrol sama nyonyah nggak jauh-jauh dari kehidupan kerjanya dia sekarang dan akhir-akhir ini kami suka ceng-cengin (godain) dia karena akhirnya dia menuju dunia asmara (sakjane wis suwi, cuma sayanya aja yang suka telat).

Kiki: perempuan yang suka menulis ini memenuhi janji seorang guru di SMA akhirnya, untuk menjadi seorang penulis. Saya lupa guru apa waktu itu, tapi saat itu, sang guru menantang seluruh muridnya untuk memenuhi target atau keingingannya dalam 5 tahun dan kiki adalah salah satu murid tersebut. Darah penulis sendiri sudah mengalir karena kedua orang tuanya merupakan guru Bahasa Indonesia yang disegani. See, sampai-sampai tulisan saya untuk kiki menggunakan EYD dan sedikit aksen sastra di dalamnya (ceilah). Cewek berbintang aries yang identik dengan keras kepalanya ini suka banget ngasih advice tentang dunia percintaan, panjang lebar.

Arman: sahabat kental sejak masih SD ini gayanya kalem-kalem heboh juga. Tapi hati-hati, kalau dia udah diam, dia bisa menyimpan banyak hal yang ia ingin muncratkan sebenarnya. Cowok yang senang banget sama Lady Gaga dan passionnya di dunia fashion ini juga suka loh kasih advice yang nggak kalah kecenya (yang kadang-kadang juga ditanggepi: “hmm, kan.. penyakitnya kumat”) dan satu lagi kalimat yang paling saya senangi kalau semuanya udah ketangkep basah pengen melakukan hal sesuatu ke dia atau hal yang nggak jelas di depannya: “iki ki do ngopo toh?? (ini pada ngapain sih??)”. Walau terkadang cerewet melebihi cerewetnya kami (para cewek) sebenarnya dialah perekat kami, saya akui itu man ;).

Momo: Cowok yang perhatian banget sama kita-kita ini kadang-kadang suka ngilang tiba-tba sehingga perhatiannya terhadap kami juga ikut ngilang sama raganya. Pembawaannya yang periang, membuat kami juga jadi senang. Tapi ya itu mo, kamu jangan suka tiba-tiba ngilang dong... kasih tahu lah kamu mau kemana, kali aja kan bisa titip oleh-oleh (lah). Jujur mo, kadang-kadang aku nggak bisa bedain saat kamu becanda atau serius, seperti kasusnya nyonyah dan kamu. Well, intinya, kalau nggak ada cowok ini, nggak ramai, titik.

                
Segitu saja tentang 6 warna yang sudah cukup mewarnai hidup saya selama 5 tahun ini. Ya, mereka ini termasuk dunia kecil namun berarti yang saya punyai saat ini. Maaf ya, saya ini paling yang susah diajak kumpul sama kalian, tapi percayalah, saya suka menyesal nggak bisa ikut kumpul sama kalian ketika kalian bisa ketemuan. Eniwei kalau penilaian tentang saya dari mereka, saya itu mellow-drama, kadang suka ngungkit-ungkit masalah lama dan yang seharusnya sudah ditutup. Tapi, mereka cukup tabah mau dengerin celotehan saya kalau-kalau sudah buka buku lama, dan ingat banget nangis sesenggukan gara-gara masalah sepele di depan kalian, hahaha.. terimakasih, sudah mau menghadapi saya waktu itu, semoga nggak kapok dan selalu tetap menjadi diri kalian masing-masing, warna masing-masing. Selamat ulang tahun untuk kita semua!